Pewarta : Muhammad Sulhan Hadi
Sepit,(desasepit.web.id),-Momen peringatan Hari Jadi (Hajad) Ke-2 lembaga tahfiz Zawiyah Alquran Raudatuthalibin NW Lokon (disingkat Zawiyah Alquran) diperingati dengan pengajian Isra Mikraj. Bertempat di Aula Yayasan Ribath Al Umm NW Lokon, hari ini (27/2/2022) kegiatan tersebut berjalan lancar dan dihadiri puluhan santri dan jamaah.
Ketua Pengurus Yayasan Ribath Al Umm NW Lokon Darmawan,QH.,S.Pd dalam pra acara pengajian menyampaikan lembaga yang dipimpinnya tersebut saat ini tengah membutuhkan uluran tangan jamaah. Kondisi yayasan yang sedang dalam proses pembangunan, kata Darmawan mememerlukan biaya yang tidak sedikit.
"Pembangunan tempat wadah Zawiyah Alquran membutuhkan bantuan kita semua, khususnya jamaah ini sebagai lahan shadaqah, dan ladang pahala," ujarnya.
Dalam perkembangannya, lembaga tahfiz Zawiyah Alquran sejak didirikan hanya berupa mushalla. Namun hingga saat ini sudah bisa membangun aula yang nantinya sebagai cikal bakal gedung sebagai tempat proses belajar mengajar.
"Resmi hari ini, hari jadi Zawiyah yang kedua," kenang Ahyar Rosidi Kepala lembaga tahfiz Zawiyah Alquran.
Ditempat yang sama, Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Desa Sepit Muhammad Sulhan Hadi dalam sambutannya menyampaikan, pentingnya membangun sinergi antara jamaah, wali santri, dan pengurus Zawiyah Alquran dalam rangka membumikan pemahaman Alquran di tengah-tengah masyarakat.
Keterangan Foto : Tamu undangan dan Pengurus Yayasan dan Zawiyah mendengarkan ceramah
Dikatakan Sulhan, mulai tahun ini LPTQ Desa Sepit akan menyelenggarakan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat desa untuk memotivasi santriawan dan santriwati agar lebih giat belajar Alquran.
"Ini juga bisa jadi ajang seleksi tingkat desa untuk ke jenjang yang lebih tinggi yakni tingkat kecamatan," terangnya.
Ustaz Muhammad Supiandi Adnan, QH.,LC selaku Pendiri Yayasan Ribath Al Umm pada muqaddimah pengajian Isra Mikraj menggambarkan kondisi lembaga yang didirikannya ini seperti saat ia menuntut ilmu di Kota Tarim Yaman dulu. Ia menuturkan di Kota Tarim yang luasnya sekitar gabungan wilayah Desa Sepit dan Setungkeplingsar kini telah memiliki 360 masjid. Hal tersebut merupakan buah dari ikhtiar dan semangat pemerintah serta jamaah di sana dalam pembangunan.
"Dan ini bisa kita contoh, sekarang Kota Tarim dikenal sebagai Kota Waliyullah diberikan beberapa keistimewaan oleh Allah SWT. Salah satunya sebagai kota pelajar menuntut ilmu dari seluruh penjuru dunia," ucap Ustad Sopiandi dalam tausiahnya.
TGH. Adi Usman,QH.,MH, selaku penceramah menyampaikan hikmah surat Al Isro ayat 1 dan 111. Dalam ceramahnya, ia menyampaikan saat ini banyak diantara kita yang tidak sadar dengan sengaja atau dengan tidak sengaja sudah keluar dari agama Islam. Tandanya adalah meninggalkan shalat lima waktu dengan selalu meremehkannya. "Menganggap shalat lima waktu bukan ibadah wajib," tandasnya. (*)