(Foto hanya ilustrasi)
Wanita Peminta Amal Diduga Fiktif Masuk Desa Sepit, Lari Terbirit-birit Saat Mau Dikroscek
Sepit, (desasepit.web.id) - Hati-hati, sering kali ada peminta amal "menjual" lembaga agama seperti masjid, pondok pesantren/madrasah, panti asuhan dan lembaga agama lainnya. Seperti peristiwa pada hari Minggu pagi (19/1/2025) yang terjadi di salah satu rumah warga Desa Sepit. Di mana seorang wanita paruh baya tiba-tiba mapir ke rumah yang kebetulan adalah penulis artikel ini.
Kejadiannya, wanita bergaun muslimah berpenampilan syar'iyah seraya menenteng sebuah map hijau menghapiri pemilik rumah yang kebetulan berdiri di pekarangan depan rumah yang berlokasi di Lendang, Desa Sepit. Seraya memberi salam dengan wajah penuh hormat sedikit tertunduk gaya sopan, wanita itu semakin mendekati.
Karena terlihat cukup sopan dan etika menyambut tamu maka pemilik rumah pun merespon dengan sopan seraya membalas salam. Wanita itupun langsung melontar kata "tunas sumbangan pak" katanya lirih.
Tuan rumah sambil berdiri hanya mengenakan kain sarung dan berbaju singlet balik bertanya "Sumbangan apa buk..?" ujarnya bertanya. Dengan sedikit melempar senyum, wanita berbusana biru itu mengatakan "Sumbangan pembangunan pondok pesantren," jelasnya.
Peminta amal itu mengaku diri dari salah satu ponpes di Desa Jango, Kec. Janapria Kabupaten Lombok Tengah. Sambil menyodorkan map yang ditentengnya. Kami pun membuka map tersebut, ternyata isinya adalah sebuah surat keterangan identitas diri si peminta amal dengan kop surat nama ponpes yang diatasnamakannya. Tertera pula peminta amal itu bernama "Hernawati" lengkap dengan photo wajah pemilik nama.
Insting jurnalis seketika muncul seraya berkata kepada wanita yang terlihat juga menenteng tas di lengan kiri. Dengan tampa lupa meminta maaf kepadanya, pemilik rumah yang juga kebetulan pimpinan sebuah YPP di Desa Sepit menyatakan "Mohon maaf buk, bukan kami tidak mau memberi sumbangan, soalnya zaman sekarang banyak cara orang mencari hidup dengan menjual agama" ungkap pemilik rumah.
Dengan wajah sedikit mulai cemas dan senyum terlihat berat, di balik wajah berjilbab sepundak itu menjawab "Ya pak, saya resmi pak, kalo bapak tidak percaya ini surat keterangan dari ustaz saya, dan ini nama pondok pesantren saya, silahkan diperiksa, dan itu nomor hp pak ustaz", ucapnya dengan nada yang mulai sedikit ngotot, mungkin merasa diri tidak dipercayai.
Niat ingin mengetahui keabsahan si peminta amal, apakah benar-benar atas suruhan dari ponpes yang diatasnamakan tersebut, ataukah hanya menjual nama ponpes yang ada di desanya, penulispun berkata "Sebentar dulu buk, saya kroscek dulu kebenarannya, saya mau telpon Kapolsek Janapria, untuk menanyakan kepada pak ustaznya apakah ibu benar disuruh oleh pimpinan ponpes yang bersangkutan," kata tuan rumah.
Dengan secepat kilat setelah mendengar pernyataan kami, ibu yang seketika full wajah pucat, spontan menyambar map yang tidak terlalu kuat kami pegang. Wanita berbadan cukup sehat sambil lari terbirit-birit ke arah selatan di kampung Lendang, Desa Sepit tepat di belakang YPP Al-Amin NW Sepit.
Sambil kami panggil-panggil, namun tak sedikitpun wanita itu mau menoleh hanya terlihat bergegas melipat map dan menyimpannya di dalam tas yang seukuran dengan map yang dibawanya. Kamipun enggan mengejar terlalu jauh, hanya membiarkan mereka pergi. Beberapa bocah yang asik bermain di pinggir jalanpun meneriakinya sambil ada yang berkata-kata "kembek n ibu nu pok ne pelai" (kenapa ibu itu berlari-lari).
Karena kejadiannya sangat singkat, pihak pemilik rumahpun luput dari inisiatif mengambil photo surat-surat identitas tersebut. Hanya sekilas sempat membaca dan mengingat nama orangnya namun tak membaca identitas lain seperti alamat dan lain sebagainya.**