Sumber foto: Sanadmedia.com
RUBRIK DESA CERDAS
Begitu Istimewanya Istigfar
Yang Membawa Imam Ahmad Bin Hambal Bertemu Penjual Roti
Asslamualaikum Wr. Wb.
Pembaca setia rubrik desa cerdas, kisah satu ini adalah salah satu kisah yang sangat populer. Mengisahkan salah satu Imam Besar umat muslim yang bertemu dengan penjual roti. Pertemuan mereka tidak terencana. Tidak ada janji, tidak ada hajat, tidak saling kenal dan tidak pernah komunikasi lewat apapun.
Imam Ahmad adalah satu satu ulama besar. Beliau adalah salah satu murid dari Imam Syafii. Familiar dengan nama Imam Hanbali, beliau adalah seorang ahli hadist dan teologi islam. Pendiri Mazhab Hanbali. Suatu waktu, beliau bercerita bagaimana kisahnya bertemu dengan seorang penjual roti yang “merindukannya”.
Dalam kisah ini diceritakan “Suatu ketika, saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak (Bashrah),” ungkapnya. Didorong oleh rasa penasaran dan keinginan kuat tersebut, akhirnya beliau pergi sendiri ke kota tersebut.
Beliau bercerita ”Saat tiba di sana waktu Isya', beliau ikut shalat berjamaah di masjid setempat. Kemudian ingin istirahat sebentar. Karena rasa lelah setelah melakukan perjalan jauh. Kemudian beliau tidur, tiba-tiba marbot masjid datang menemuinya sambil bertanya
“Kenapa syaikh, mau ngapain di sini?".
Waktu itu, sang Marbot tidak tau, kalau beliau adalah Imam Ahmad. Zaman itu tidak ada “media” semasif sekarang yang memudahkan kita kenal seseorang. Tidak ada foto juga waktu itu. Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Padahal di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad yang merupakan seorang ulama besar dan ahli hadist. Sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud.
Kata "syaikh" di sini bisa dipakai untuk tiga panggilan. Bisa untuk orang tua, orang kaya, atau orang berilmu. Namun dalam kisa ini, panggilan syaikh ditujukan untuk panggilan sebagai orang tua. Karena imam Ahmad secara fisik terlihat tua.
Kata imam Ahmad,
"Saya ingin istirahat, saya musafir,”.
Kata marbot,
"Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid".
Imam Ahmad melanjutkan bercerita
"Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid". "Lalu saya ingin tidur di teras masjid".
Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad.
Kata Marbot,
"Mau ngapain lagi syaikh?"
Kata Imam Ahmad
"Mau tidur, saya musafir"
Lalu marbot melanjutkan,
"Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir.
Imam Ahmad bercerita “saya didorong-dorong sampai jalanan”.
Mungkin kalau sang marbot ini tau yang dia dorong adalah ulama besar, mungkin akan beda perlakuannya.
Balik ke cerita, di samping masjid ada penjual roti. Penjual roti ini sedang membuat adonan. Sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh
"Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".
Kata imam Ahmad
"baik".
Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Pembaca setia rubrik desa cerdas, penjual roti ini punya perilaku tersendiri yang unik. Kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah Waatubu Ilaih.
Saat meletakkan garam Astaghfirullah Waatubu Ilaih, memecahkan telur Astaghfirullah Waatubu Ilaih, mencampur gandum Astaghfirullah Waatubu Ilaih. Selalu mengucap istighfar.
Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya
“Sudah berapa lama kamu lakukan ini?(mengamalkan Istigfar)".
Orang itu menjawab
“Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan".
Penasaran, Imam Ahmad bertanya lagi:
“Apa hasil dari perbuatanmu ini?".
Orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima".
Nabi SAW pernah bersabda yang artinya: “Siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya)".
Lalu orang itu melanjutkan "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".
Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya lagi.
"apa itu?".
Kata penjual roti itu "Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad".
Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir,
"Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu".
(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).
Kisah ini memberikan kita pelajaran, ketika memang kita ingin bersungguh-sungguh dan istiqomah dalam mengamalkan apa yang diperintahkan Allah SWT, yakinlah bahwa semua itu tidak ada yang sia-sia. Bahkan hal yang terlihat mustahilpun sekalipun. Tidak ada hal yang mustahil ketika Allah SWT berkehendak. Wallahuallam
Sumber : Manakib Imam Ahmad