Sepit - (desasepit.web.id), Ahad malam (29/11) lalu, Karang Taruna Mercusuar Desa Sepit kembali melakukan kunjungan ke salah satu masjid di wilayah Desa Sepit. Adalah Masjid Miftahul Falah Wilayah Gerumpung yang dapat giliran kunjungan setelah bulan sebelumnya berkunjung ke Mushalla Al-Abror Mengkuwuk.
Pantauan desasepit.web.id masyarakat setempat antusias mengikuti pengajian yang disampaikan oleh ustadz yang khusus dibawa Karang Taruna Mercusuar, ustdz Muhammad Sopiandi Adnan, QH. LC. Materi pengajian yang disampaikan seputar tata cara bersuci sebagai syarat sah beribadah, khususnya ibadah shalat.
Dalam pengajiannya, Ustadz Mudir Zawiyah Al Quran NW Lokon ini menyorot cara mengenakan mukena bagi perempuan khusus pada wajahnya. Menurutnya, selama ini banyak diantara kaum hawa yang mengenakan mukena tidak sempurna menutup wajahnya, pasalnya dagu yang seharusnya tertutup masih terbuka.
"Yang boleh kelihatan pada perempuan dalam sholatnya adalah wajah dan telapak tangannya. Dagu bukanlah termasuk wajah, makanya ada daleman mukena (anak telekung) supaya dagu bisa tertutup dengan sempurna. Hati-hati shalatnya tidak sah ibu-ibu," kata ustadz alumni Yaman ini.
Ia juga memberitahukan bahwa dalam bersujud tidak boleh wajah nempel pada barang yang ikut bergerak dalam gerakan shalat. Ia memberi contoh pada mukena pada perempuan dan selempang bagi laki-laki. "Hati-hati, itu juga shalat menjadi tidak sah," katanya mengingatkan.
Diperingatkan demikian, jama'ah pengajian saling lirik satu sama lain dan ngangguk-ngangguk. Yang perempuan juga terlihat sibuk memperhatikan dagunya yang kelihatan sembari memperbaikinya, sebagian diantara mereka ada yang ketawa-ketawa kecil.
Di akhir pengajian, Wakil Ketua Karang Taruna Mercusuar Sepit Ustadz Saipul Adnan selaku Master of Ceremony (MC) pengajian membuka sesi tanya jawab. Kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh jama'ah.
H. Saharudin, salah satu jama'ah pengajian yang duduk di kanan ustadz Sopiandi Adnan bertanya perihal lafaz mandi besar. "Bagaimana jika dalam membaca lafaz mandi besar itu ada yang kurang dalam bacaannya, misalnya kurang gusla nya, apakah mandi kita sah atau tidak," tanyanya.
"Tidak sah, sebab gusla itu adalah yang berarti mandi dalam lafaz dan niat mandi besar tersebut. Jadi kalau kita berniat mau mandi besar, iya niat mandinya harus disebut," jawab ustadz yang baru dikaruniai putri satu ini.
"Nawaitul gusla lirop'il hadasil akbar anjami'il badani fardho lillahita'ala," lafas lengkapnya.
Ketua Karang Taruna, Masyhuri yang turut hadir pada pengajian tersebut memberikan tanggapannya. "Kegiatan yang luar biasa. harapannya, selain kita bisa lebih dekat dengan masyarakat, ini juga bisa menjadi ajang belajar untuk kita semua. "Antusiasme masyarakat seperti ini membuat energi tersendiri untuk saya pribadi, dan ini yang memacu kita untuk terus berbuat yang terbaik untuk masyarakat," tutupnya. (Rizuan)